BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut
perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120
liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap
orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan
air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum (termasuk untuk
masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia.
Pemenuhan
kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Di kota besar, dalam
hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi air minum dalam
kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis. AMDK diproduksi
oleh industri melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas
sebelum diedarkan ke masyarakat. Akan tetapi, pada beberapa tahun terakhir ini
masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain
yaitu air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang (DAMIU). DAMIU adalah
badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk
curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari harganya air minum isi ulang (AMIU)
lebih murah dari AMDK, bahkan ada yang mematok harga hingga 1/4 dari harga
AMDK.
Namun
dari segi kualitasnya, masyarakat masih meragukan karena belum ada informasi
yang jelas dari segi proses maupun peraturan tentang peredaran dan
pengawasannya. Di Sulawesi Utara, kasus diare lebih banyak dideteksi
berdasarkan gejala klinis yaitu sebesar 5,4% (Riskesdas, 2007). Penyakit diare
termasuk dalam penyakit yang menonjol di Sulawesi Utara dengan menduduki
peringkat ke 2 dan dengan jumlah kasus 32.589. Sedangkan di Kota Manado kasus
diare dideteksi yaitu sebesar 3,1%. ( DinkesSulut, 2008).
Air
merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk
hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan
secara bijaksana,dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun
generasi mendatang (Effendi, 2003).
Masalah
utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk
keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan
kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang bergantung pada sumber daya
air tersebut (Effendi,2003).
Pembangunan
di negara ini semakinhari semakin pesat. Pesatnya laju pembangunan ini
menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan terhadap kualitas
lingkungan, antara lain terjadinya degradasi kualitas air. Dampak suatu
kegiatan terhadap keseimbangan lingkungan memang merupakan suatu hal yang sulit
dihilangkan sepenuhnya.Satu-satunya upaya yan dapat dilakukan adalah
meminimumkan pengaruh yang mungkin muncul.Sumber daya air yang strategis dan
banyak dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas adalah air sungai.Air sungai
merupakan sumber daya alam yang potensial menerima beban pencemaran limbah
kegiatan manusia. Akibatnya kualitas dan kuantitas air menjadi berkurang
(Effendi, 2003).
Kegiatan
manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah
tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu sampah
dan limbah. Sampah adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang
dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis
penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan
berbagai akibat negative lainnya (Bahar, 1985).
Menurut
Johanis (2002) di negara berkembang, sampah seharusnya ditampung pada lokasi
pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill. TPA-TPA yang ada
di Indonesia masih menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk
menggunung tanpa ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah
terjadi pencemaran air dan udara di sekitar TPA.
Berdasarkan
hasil penelitian Tanauma (2000) bahwa banyak air yang digunakan masyarakat
tidak layak lagi digunakan karena telah
tercemar akibat kegiatan manusia seperti membuang sampah di aliran sungai
(sampah mengandung senyawasenyawa kimia anorganik antara lain, nitrit, nitrat,
ammonia, kalsium , kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH
dan mikrobiologi / total koliform kosentrasinya sangat tinggi),kegiatan pertambangan,industry,kegiatan
ruma tangga dll (Putra, 2012).Adapun menjadi permasalahan dala penelitian ini
adalah terjadinya penurunan kualitas air yang digunakan masyarakat di Indonesia
yang dapat berakibat pada kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian dari Analisis kualitas Air?
2. Bagaimana
jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air?
3. Apa
dan Bagimana Parameter kualitas Air?
4. Apakah
yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB kualitasa Air?
5. Bagaimana
pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang Analisis Kualitas Lingkungan?
6. Bagaimana
metode pengambilan sampel Sampel ?
7. Bagaimana
metode pengambilan sampel pemeriksaan Sampel?
8. Bagaimana
Analisis kualitas air?
9. Bagaimana
dampak pencemaran air terhadap
lingkungan dan kesehatan ?
10. Bagaimana
hasil dan contoh penelitian tentang analisis kualitas air?
C. Tujun
1. Untuk
Mengetahui Apakah pengertian dari Analisis kualitas Air.
2. Untuk
Mengetahui Bagaimana jenis-jenis dari Analisis Kualitas Air.
3. Untuk
Mengetahui Apa dan Bagimana Parameter kualitas Air.
4. Untuk
Mengetahui Apakah yang dimaksud dengan NAB dan bagaimana NAB kualitasa Air.
5. Untuk
Mengetahui Bagaimana pandangan Al-Qr’an dan Hadist Tentang Analisis Kualitas
Lingkungan.
6. Untuk
Mengetahui Bagaimana metode pengambilan
sampel Sampel .
7. Untuk
Mengetahui Bagaimana metode pengambilan sampel
pemeriksaan Sampel
8. Untuk
Mengetahui Bagaimana Analisis kualitas
air.
9. Untuk
Mengetahui Bagaimana dampak pencemaran
air terhadap lingkungan dan kesehatan.
10. Untuk
Mengetahui Bagaimana hasil dan contoh penelitian tentang analisis kualitas air.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis kualitas Air
Analisa
atau analisis atau analisis
adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan
cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji
lebih lanjut. Analisa berasal dari kata
Yunani kuno analisis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari
dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas
sehingga jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau
menguraikan. Kata analisis ini
di serap kedalam bahasa inggris menjadi analysis yang kemudian di serap juga ke
dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.
Kata analisa atau analisis atau analysis digunakan dalam berbagai
bidang. Baik dalam bidang ilmu bahasa, ilmu sosial maupun ilmu alam (sains) dan
lain-lain. Dalam ilmu bahasa atau linguistik analisa didefinisikan sebagai
suatu kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur
bahasa tersebut secara mendalam. Dalam ilmu sosial, analisis dimengerti sebagai
upaya dan proses untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan berbagai hal yang
ada di dalamnya. Sedangkan dalam ilmu pasti (sains) pengertian dan definisi
analisa adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguraikan suatu bahan
menjadi senyawa-senyawa
penyusunnya. Dalam ilmu kimia, analisa di gunakan untuk menentukan komposisi
suatu bahan atau zat. Contoh bidang yang paling terkenal dengan kegiatan
analisanya adalah bidang Kesehatan. Dalam ilmu Kesehatan digunakan dalam
Analisis berbagai factor penyebab kesehatan.Misalnya Analisis Kualitas
Air,udara dan Makanan.
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian
terhadap ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan
biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap
kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar
terhadap kondisi kesehatan ekosistem air
dan kesehatan manusia terhadap air
minum.Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada
data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang
diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air bervariasi seiring waktu
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi
ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat
kompleks dalam ilmu lingkungan.
Aktivitas industri seperti manufaktur,
pertambangan,
konstruksi,
dan transportasi merupakan penyebab
utama pencemaran air,
juga limpasan permukaan
dari pertanian
dan perkotaan.
B. Jens-Jenis Analisis Kualitas Air
dan Parameter Kualitas Air
Parameter diartikan sebagai peubah
bebas yang menjadi petunjuk (indikator) karakteristik air. Parameter kualitas
air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan peran fungsionalnya (Wardoyo,
1992:)
Kualitas
air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik (warna,
suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD). Jenis
dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat tergantung
pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap badan air tersebut.
Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Parameter fisika, meliputi (suhu,
kecerahan dan turbiditas, padatan dan warna)
b.
Parameter
kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan
organik)
c.
Parameter
biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus), plankton, fungi,
hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
Menurut jenisnya,
parameter kualitas air terdiri atas:
a. Masking parameter, yaitu parameter
yang menunjukkan gejala umum(pH, alkalinitas, salinitas, kekeruhan)
b.
Controlling
parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau modus operandi
parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
c.
Limiting
parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter lain, khususnya
terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)
d.
Derivative
parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain (BOD, COD, keragaman
jenis).
Menurut peran
fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a.
Key
parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan air (untuk kelas
1, kelas 2, dan lain-lain).
b.
Supplement
parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi parameter kunci bagi suatu
peruntukan (alkalinitas terhadap pH).
c.
Complement
parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu parameter lain (BOD
terhadap DO bagi peruntukan perikanan).
1. Parameter
Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang
menentukan kualitas air, antara lain:
a.
Warna
Air
alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna bening, atau
sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh kehadiran
bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik ataupun
tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti plankton,
disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan mangan.
Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah industri
kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air. Disamping itu
warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang
melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.
b.
Bau dan Rasa
Air alami yang
sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan tidak berasa. Air yang
berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak menyenangkan.Adanya bau dan rasa
pada air, menunjukkan terdapatnya organisme penghasil bau dan juga adanya
bahan-bahan pencemar yang dapat mengganggu kesehatan.
c. Suhu
Dalam setiap
penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal yang mutlak dilakukan.
Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di lapangan. Suhu air yang
normal berkisar ± 3 0C dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa disebabkan
oleh berbagai hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung berapi,
ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan air. Disamping
itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses degradasi
baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu air. Kenaikan
suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang,
sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu .
d. Total
padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)
Total padatan
tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1μm) yang tertahan
pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur
dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan
tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Materi yang tersuspensi
mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi
matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan bagi organisme produser.
2.
Parameter Kimia
Ada banyak
parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang umum ada beberapa
parameter, diantaranya:
a. pH
pH menunjukkan
kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui konsentrasi/aktifitas ion
hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH = - log (H+).H+ selalu
ada dalam keseimbangan yang dinamis dengan air(H2O) yang membentuk suasana
untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah pencemaran air, dimana
sumber ion hidrogen tidak pernah habis.
H+ tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan
unsur banyak senyawa lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang
terionkan ada sebanyak 10-7, sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion
hidrogen bertambah, maka nilai pH akan turun dan larutan disebut bersifat asam.
Sebaliknya, jika konsentrasi ion hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik
dan larutan disebut bersifat basa. pH
yang ideal bagi kehidupan biota air adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang
sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang
bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat
meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi
organisme air. pH air biasanya
ditentukan langsung di lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan
kertas pH.
b. Oksigen
terlarut (DO)
Adanya oksigen
terlarut dalam air adalah sangat penting untuk kelangsungan kehidupan ikan dan
organisme air lainnya yaitu untuk proses respirasi. Kemampuan air untuk
membersihkan pencemaran secara alamiah banyak tergantung pada cukup tidaknya
kadar oksigen terlarut. Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara
dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air,
tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan mineral dalam air.
Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 00C yaitu sebesar 14,16 mg/L.
Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi oksigen dalam air akan
berkurang. Ada dua metode yang umum
digunakan untuk analisa oksigen terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi
cara Winkler dan metode elektrokimia dengan alat DO-meter.
c. BOD
Angka BOD
(Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan Oksigen Biokimiawi
adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang sebenarnya terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme aerobik untuk menguraikan hampir semua zat organik yang
terlarut maupun yang tersuspensi di dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk ataupun industri dan
untuk mendesain sistim pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut.
Penguraian zat organik adalah proses alamiah, yang kalau suatu badan air
dicemari oleh zat organik maka selama proses penguraiannya mikroorganisme dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan
kematian ikan-ikan dalam air. Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah
keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi
oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan proses tersebut berlangsung
disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan
organik terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari,
pada temperatur inkubasi 20 0C, bahan organik yang dapat diuraikan mencapai
75%, sehingga waktu ini sudah dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520
dapat ditentukan dengan mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode
Azida modifikasi.
d. COD
Angka COD
(Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimiawi adalah jumlah O2 (mg)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat organik yang terdapat dalam 1
liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total
zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara biologis, maupun yang hanya
dapat diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD,
namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan. Secara
umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 – 0,60. Pengukuran COD dilakukan dengan
metode refluks – titrimtri.
C.
Nilai
Ambang Batas (NAB)
Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi
dimana manusia mampu menahannya tanpa menumbulkan gangguan kesehatan selama 40
jam atau 5 hari dalam seminggu. Mungkin seperti itulah gambaran harfiah dari Nilai
ambang batas.
Untuk zat-zat
yang memiliki standar NAB, Udara,
air, tanah, dan yang sebenernya Nilai ambang batas ini lebih
terkhusus pada zat-zat kimia berbahaya, karena pertimbangan risiko, tingkat
frekuensi dan tingkat kefatalan yang
ditimbulkan oleh zat kimia tersebut maka perlu diupayakan adanya pengendalian.
Penetapan nilai ambang ini merupakan.
Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas
air beserta penjelasannya:
1. DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin
tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C. tingkat DO
maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan. ppm
ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.
2.BOD
atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh makhluk
hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin banyak
mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD maka akan
semakin rendah kualitas air.
3.
COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah tingkat
kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk mengurai dan
sebagainya. nilai COD juga berbanding terbalik dengn DO.
4.
TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam air.
semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air. banyak tds meter yang
mudah untuk didapatkan dan bisa digunakan hanya dengan mencelupkan ujung alat
tersebut kedalam air.
Berikut ialah batas ambang berbagai parameter kualitas air
yang ditetapkan oleh pemerintah. namun seperti yang kita tahu, peraturan
hanyalah sebuah peraturan tanpa adanya penegakan dan tindak lanjut dari
ketetapan tersebut. semoga saja setiap batas batas kualitas air, udara dan
tanah diperhatikan dan dijaga agar tidak membuat alam ini dan penghuninya
menjadi rusak.
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010
No.
|
Parameter
|
Satuan
|
Kadar Maksimum
|
|
1
|
Ph
|
–
|
6-9
|
2
|
TSS
|
mg/L
|
150
|
3
|
BOD
|
mg/L
|
50
|
4
|
COD
|
mg/L
|
100
|
5
|
Sulfida
|
mg/L
|
1
|
6
|
Amonia
|
mg/L
|
20
|
7
|
Fenol
|
mg/L
|
1
|
8
|
Minyak
& Lemak
|
mg/L
|
15
|
9
|
MBAS
|
mg/L
|
10
|
10
|
Kadmium
|
mg/L
|
0,1
|
11
|
Kromheksavalen
|
mg/L
|
0,5
|
12
|
Krom
total
|
mg/L
|
1
|
13
|
Tembaga
|
mg/L
|
2
|
14
|
Timbal
|
mg/L
|
1
|
15
|
Nikel
|
mg/L
|
0,5
|
16
|
Seng
|
mg/L
|
10
|
17
|
Kuantitas
air limbah max
|
mg/L
|
0,8L/s
lahan kawasan terpakai
|
|
D. Pandangan Al-Qur’an dan Hadist
tentang Analisis Kualitas Lingkungan
Lingkungan
atau sering disebut dengan lingkungan hidup adalah jumlah semua benda yang
hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati.
Adapun berdasarkan UU No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dalam persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang sangat
penting. Karena pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri pada akhirnya
ditujukan buat keberlangsungan manusia di bumi ini.
Menurut
Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, menyatakan bahwa
lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan atau hayati
sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan. Kerusakan lingkungan hidup terjadi di darat, udara, maupun di
air.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan tentang
Lingkungan Hidup
a. Surat
Al-Mulk ayat 3-4
الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ
مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ
Artinya:
“Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS:
Al-Mulk Ayat: 3)
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ
كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ
Artinya:
“Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun
dalam keadaan payah.” (QS: Al-Mulk Ayat: 4)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis
yang tidak ada satu makhluqpun dapat melakukannya. Tiap-tiap
benda alam itu seakan-akan terapung kokoh ditengah-tengah jagat raya, tanpa ada
tiang-tiang yang menyangga dan tanpa tali-temali yang mengikatnya. Tiap-tiap
langit itu menempati ruangan yang telah ditentukan baginya di tengah-tengah
jagat raya dan masing-masing lapisan itu terdiri atas begitu banyak planet yang
tidak terhitung jumlahnya. Makanya
benar bahwa Allah SWT berfirman hanya Allah SWT yang Maha Agung dan Maha
Tinggi.
Jadi semua penciptaan langit sangat rapi, kokoh,
saling berkait kokoh dan seimbang. Bandingkan dengan penciptaan manusia. Disini
Allah SWT menantang bahwa Allah SWT tidak pernah main-main menciptakan langit
ini, Allah SWT serius menciptakan semua ini. Sehingga kalau hidup dibawah
langit Allah SWT jangan main-main. Selanjutnya ulangi lagi pandanganmu ke
langit, teliti lagi agar kamu dapat menyaksikan secara langsung, apa yang telah
Aku beritahukan kepadamu bahwa tidak ada cacat sama sekali dari apa yang telah
Aku ciptakan sehingga kamu tidak merasa ragu lagi. Subhanallah.
Pertanyaan Allah kepada manusia pada ayat diatas
dijawab sendiri oleh Allah pada ayat ini dengan mengatakan bahwa sekalipun
manusia berulang-ulang memperhatikan, mempelajari, dan merenungkan seluruh
ciptaan Allah, pasti ia tidak menemukan kekurangan dan cacat, walau sedikitpun.
Jika mereka terus-menerus melakukan yang demikian itu, bahkan seluruh hidup dan
kehidupannya digunakan untuk itu, akhirnya ia hanya akan merasa dan tidak akan
menemukan kekurangan, sampai ia mati dan kembali kepada Tuhannya.
Dari ayat ini, dapat difahami bahwa tidak ada
seorangpun diantara manusia yang sanggup mencari kekurangan pada ciptaan Allah.
Jika ada diantara manusia yang sanggup, hal ini berarti bahwa dia mengetahui
seluruh ilmu Allah. Sampai saat ini belum ada seorangpun yang mengetahuinya dan
tidak ada seorangpun yang dapat memilik seluruh ilmu Allah. Seandainya ada
diantara manusia yang dianggap paling luas ilmunya, maka ilmu yang diketahuinya
itu hanyalah merupakan sebagian kecil dari ilmu Allah. Akan tetapi, banyak
diantara manusia yang tidak mau menyadari kelemahan dan kekurangannya, sehingga
mereka tetap ingkar kepada-Nya.
b. Surat
Al-A’raf ayat 56
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-A'raf
Ayat: 56)
Dalam ayat ini Allah melarang manusia agar tidak
membuat kerusakan di permukaan bumi. Kerusakan ini mencakup:
1. Kerusakan
jiwa, dengan cara membunuh dan memotonga anggota tubuh.
2. Kerusakan harta, dengan cara ghoshob
dan mencuri.
3. Kerusakan agama dan kafir, dengan melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan.
4. Kerusakan nasab, dengan melakukan zina.
5. Kerusakan akal, dengan meminum-minuman yang
memabukkan.
Kesimpulannya, bahwa kerusakan itu mencakup
kerusakan terhadap akal, akidah, tata kesopanan, pribadi, maupun sosial,
sarana-sarana penghidupan, dan hal-hal yang bermanfaat untuk umum, seperti
lahan-lahan pertanian, perindustrian, perdagangan dan sarana-sarana kerjasama
untuk sesama manusia.
Salah satu bentuk perbaikan yang dilakukan Allah
adalah dengan mengutus para Nabi untuk meluruskan dan memperbaiki kehidupan
yang kacau dalam masyarakat. Siapa yang tidak menyambut kedatangan Rasul, atau
menghambat misi mereka, dia telah melakukan salah satu bentuk perusakan di
bumi.
c.
Surat Ar-Rum ayat 41-42
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى
الْبِرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ
الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya:
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS: Ar-Rum Ayat: 41)
قُلْ
سِيْرُوْا فِى الْأَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلُ قلى كَانَ أَكْثُرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ
Artinya:
“Katakanlah,
‘Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang dahulu.’ Kebanyakan mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).” (QS:
Ar-Rum Ayat: 42)
Telah
muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai akibat dari peperangan dan
penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-pesawat terbang, kapal-kapal perang, dan
kapal-kapal selam. Hal itu tiada lain karena akibat dari apa yang dilakukan
oleh umat manusia berupa kezaliman, banyaknya lenyapnya perasaan dari
pengawasan Yang Maha Pencipta. Dan mereka melupakan sama sekali akan hari
hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari kalangan sehingga menimbulkan berbagai
macam kerusakan di muka bumi. Karena tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari
dalam diri mereka, dan agama tidak dapat berfungsi lagi untuk mengekang
kebinalan hawa nafsunya serta mencegah keliarannya. Akhirnya Allah SWT
merasakan kepada mereka balasan dari sebagian apa yang telah mereka kerjakan
berupa kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan lalu yang berdosa. Barangkali mereka
mau kembali dari kesesatannya lalu bertaubat dan kembali kepada jalan petunjuk.
Dan mereka kembali ingat bahwa setelah kehidupan ini ada hari yang pada hari
itu semua manusia akan menjalani penghisaban amal perbuatannya.
Sesudah
Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan sebagai akibat dari perbuatan
tangan manusia sendiri. Lalu Dia memberikan petunjuk kepada mereka, bahwa
orang-orang sebelum mereka telah melakukan hal yang sama seperti apa yang telah
dilakukan oleh mereka. Akhirnya mereka tertimpa azab dari sisi-Nya, sehingga
mereka dijadikan pelajaran buat orang-orang sesudah mereka dan sebagai
perumpamaan-perumpamaan bagi generasi selanjutnya.
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di
muka bumi baik yang berupa benda hidup maupun benda mati.Pada surat Al-Mulk ayat 3-4 dapat dianalisa
bahwa sesungguhnya Allah menciptakan alam semesta ini secara sempurna tanpa
terkecuali. Maksudnya, jika ada seseorang atau suatu golongan yang meremehkan
atau meragukan akan ciptaan Allah maka makhluk tersebut diperkenankan untuk
mengamati berkali-kali akan ciptaan-Nya dan hal tersebut hanya akan sia-sia
belaka.
Pada surat Al-A’raf ayat
56 dapat dianalisa bahwa sesungguhnya Allah telah melarang makhluknya untuk
berbuat kerusakan di muka bumi ini. Kerusakan-kerusakan tersebut meliputi: a)
Kerusakan jiwa, b) Kerusakan harta, c) Kerusakan agama, d) Kerusakan nasab, e)
Kerusakan akal.
Pada surat Ar-Rum ayat
41-42 dapat dianalisa bahwa ayat ini mengharapkan seorang muslim dapat
menyadari pentingnya menjaga serta melestarikan alam lingkungan, dan juga tidak
membuat kerusakan terhadap alam lingkungan. Dengan artian jika akan melakukan
sesuatu harus melalui pertimbangan pemikiran yang matang akan akibat yang
ditimbulkannya agar tidak terjadi hal-hal yang sifatnya merusak lingkungan.
E. Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel
Tujuan
dari pengambilan sampel adalah untuk mengumpulkan sebagian material bahan dalam
volume yang cukup kecil yang mewakili material
bahan yang akan diperiksa secara tepat teliti untuk dapat dibawa dengan
mudah dan diperiksa di laboratorium.Hal ini berarti bahwa perbandingan atau
konsentrasi relatif yang tepat dari semua komponen dalam sampel akan sama
seperti dalam material yang disampling, serta tidak mengalami
perubahan-perubahan yang berarti dalam komposisinya sebelum pemeriksaan
dilakukan.
Untuk
mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil sampel yang dapat
mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan sampel dengan baik, agar
hasil uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitas dan kuantitasnya. Kemungkinan kandungan pada
sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian jika prosedur pengambilan
dan pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan benar.
Pada
waktu pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air yang harus
dilakukan segera / dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan fisika, pH, sisa
Chlor. Metode pengambilan contoh ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam
pengambilan.
Beberapa
pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :
1. Sumber
air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric
2. Air
permukaan adalah air yang terdiri dari : air sungai, air danau, air waduk, air
saluran, mata air, air rawa dan air gua / air karst.
3. Air
tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan terletak
pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.
4. Air
tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian
atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air.
5. Akifer
adalah suatu laipsan pembawa air.
6. Epilimnion
adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama.
7. Termoklin
/ metalimnion adalah laipsan danau yang mengalami penurunan suhu yang cukup
besar (lebih dari 1O C/m) ke arah dasar danau.
8. Hipolimnion
adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama dan lebih dingin
dari lapisan atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar oksigen yang rendah
dan relatif stabil.
9. Air
Meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasiun meteor , air meteroik
yang ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampungan air
hujan.
a.
Prinsip
Pengambilan Sampel
ü Menentukan
lokasi pengambilan sampel
ü Menentukan
titik pengambilan sampel.
ü Melakukan
pengambilan sampel
ü Melakukan
pengawetan sampel
ü Pengepakan
sampel dan pengiriman ke laboratorium.
b.
Bahan
Pemeriksaan
Sampel air, yang
berasal dari sumber air, air minum / air bersih, air kolam renang, air
pemandian umum.
Ada 2 macam
sampel air :
a. Sampel
sesaat (grab sampel)
Sampel yang diambil pada suatu
waktu dan tempat tertentu. Contoh : sampel yang diambil dari sumber air
permukaan, sumber air persediaan.
b. Sampel
gabungan waktu
Sampel yang dikumpulkan pada titik
pengambilan sampel yang sama, tetapi pada waktu yang berbeda dan dalam waktu
yang tidak lebih dari 24 jam.
Sampel
masing-masing diambil dalam kapasitas ±
120 ml setiap interval waktu tertentu atau satu jam sekali. Sampel-sampel
kemudian dicampur pada akhir periode pengambilan sampel. Jika zat pengawet
diperlukan, masukkan zat tersebut kedalam wadah yang masih kosong (setelah
dicuci dengan sampel), sehingga semua bagian atau porsi dari gabungan sampel
akan diawetkan segera setelah diambil dan digabungkan. Sampel gabungan waktu
digunakan untuk menentukan komponen-komponen yang dapat ditunjukkan tetap tidak
berubah. Jumlah / volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan
dilapangan dan dilaboratorium tergantung pada jenis pemeriksaan yang
diperlukan, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk
pemeriksaan fisika air diperlukan ± 2 liter.
b. Untuk
pemeriksaan kimia air diperlukan ± 5 liter.
c. Untuk
pemeriksaan bakteriologi air diperlukan ± 100 ml.
c.
Alat
dan reagen
a) Alat
Alat-alat yang perlu dipersiapkan
dalam pengambilan sampel sebagai berikut:
1. Alat
pengambil sampel
2. Alat
lain
3. Wadah
untuk menyimpan sampel
Berikut
penjelasan mengenai alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan contoh :
1. Alat
pengambil contoh
Alat pengambil contoh harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Terbuat
dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk keperluan
pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat daru logam)
2. Mudah
dicuci dari bekas sampel sebelumnya.
3. Contoh
mudah dipindahkan ke dalam botol penampung / wadah penyimpan tanpa ada sisa bahan
tersuspensi didalamnya.
4. Mudah
dan aman dibawa.
5. Kapasitas
1-5 liter, tergantung dari maksud pemeriksaan
Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung pada jenis
pemeriksaan yang dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium di Puskesmas
terbatas, maka yang digunakan adalah alat pengambil contoh tipe sederhana.
Alat pengambil contoh tersebut adalah :
1. Alat
pengambil contoh sederhana
Terdiri dari botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada air permukaan
secara langsung. Botol biasa yang diberi pemberat untuk digunakan pada
kedalaman tertentu. Pemberat ini diikat dengan kawat kuningan / kawat tembaga
dan tidak boleh memakai kawat besi, sebab besi mudah berkarat, sehingga mudah
putus dan karatnya dapat mencemari air dengan menambah tinggi kadar besi.
2. Alat
pengambil contoh setempat secara mendatar
Dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya
mengalir pada kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg.
3. Alat
pengambil contoh setempat secara tegak.
Dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau
alirannya sangat lambat seperti di danau, waduk, dan muara sungai pada kedalaman
tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Ruttner.
4. Alat
pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu untuk pemeriksaan zat padat
tersuspensi atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili semua lapisan air.
Contoh alat ini adalah tipe USDH.
5. Alat
pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu dan volume
yang diambil.
Digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah atau air sungai yang
tercemar, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.
6. Alat
pengambil contoh untuk pemeriksaan gas terlarut, yang dilengkapi tutup,
sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh.Contoh alat ini adalah
tipe Casella.
7. Alat
pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi.
b) Reagen
Sarana Pengambilan Contoh Sarana yang
dapat digunakan adalah :
1. Sedapat
mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai tempat pengambilan
contoh.
2. Bila
sarana jembatan / lintasan gantung tidak ada, maka dapat menggunakan perahu.
3. Untuk
sumber air yang dangkal dapat dilakukan langsung.
c) Waktu
Interval waktu
pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan jam yang berbeda
sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun setiap jam.
Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari pengambilan pada waktu pengambilan
contoh berikutnya, misalnya pengambilan pertama hari senin jam 06.00
pengambilan berikutnya hari selasa jam 07.00 dan seterusnya. Waktu pengambilan
contoh dilakukan berdasarkan keperluan sebagai berikut :
1. Untuk
keperluan survai pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah, waktu pengambilan
contoh dapat dilaksanakan pada saat survai.
2. Untuk
keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data pemantauan kualitas air,
yang diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap, tergantung pada jenis
sumber air dan tingkat pencemarannya sebagai berikut
a. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap
dua minggu sekali selama setahun.
b. Sungai
/ saluran yang telah tercemar ringa sampai sedang, sebulan sekali selama
setahun.
c. Sungai
/ saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama setahun.
d. Waduk
/ danau setiap dua bulan sekali selama setahun.
e. Air
tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.
f. Air
meteorik sesuai dengan keperluan.
g. Untuk
studi dan penelitian, perlu disesuaikan.
c.
Cara
pengambilan sampel
a. Menentukan
lokasi pengambilan sampel :
b. Lokasi
pengambilan sampel dilakukan pada air permukaan dan air tanah. Lokasi
pengambilan sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan keperluan pengambilan
sampel :
c. Lokasi
pengambilan sampel air permukaan :
Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran
sungai dan danau / waduk
d. Pemantauan
kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai berdasarkan pada :
1. Sumber
air alamiah :Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit
pencemaran.
2. Sumber
air tercemar :Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau
dihilir sumber pencemar.
3. Sumber
air yang dimanfaatkanYaitu lokasi pada tempat penyadapan pemenfaatan sumber air
tersebut.
4. Pemantauan
kualitas air pada danau / waduk berdasarkan pada :
a) Tempat
masuknya sungai ke danau / waduk.
b) Ditengah
danau / waduk.
c) Lokasi
penyadapan air untuk pemanfaatan
d) Tempat
keluarnya air danau / waduk.
e.
Menentukan
titik pengambilan contoh
a) Air
permukaan.Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau / waduk
, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Di
sungai, titik pengambilan contoh di sungai dengan ketentuan :
-Sungai dengan debit kurang dari 5
m3 / detik, contoh diambil pada satu titik di tengah sungai pada 0,5 x
kedalaman dari permukaan air.
-Sungai dengan debit antara 5 – 150
m3 / detik, contoh diambil pada dua titik masing-masing pada ada jarak 1/3 dan
2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
2. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 / detik,contoh
diambil minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ¼. ½ dan ¾ lebar
sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air.
3. Di danau / waduk, titik
pengambilan contoh di danau / waduk dengan ketentuan :
(1). Danau / waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil pada dua
titik dipermukaan dan di dasar danau / waduk.
4. Danau / waduk dengan kedalaman
antara 10-30 meter, contoh diambil pada tiga titik, yaitu : di permukaan, di
lapisan termoklin dan di dasar danau / waduk.
5. Danau / waduk dengan kedalaman
antara 30 – 100 m, contoh diambil pada empat titik, yaitu di permukaan, di
lapisan termoklin ( metalimnion), di atas lapisan hipolimnion dan di dasar
danau / waduk.
(4) Danau / waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh
dapat ditambah sesuai dengan keperluan.
f.
Pengambilan
sampel
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan
sifat fisika dan kimia air.Tahapan pengambilan contoh untuk keperluan ini
adalah :
1. Menyiapkan
alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air.
2. Membilas
alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.
3. Mengambil
contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara hingga
merata.
4. Apabila
contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari setiap
titik harus sama.
g.
Pengambilan
contoh untuk pemeriksaan Oksigen terlarut (DO)
Pengambilan contoh dapt dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1. Cara langsung
Tahapan pengambilan contoh dengan
cara langsung sebagai berikut: :
Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih
dan mempunyai volume ±
300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.
- Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah
dengan aliran air, sehingga air masuk kedalam botol dengan tenang, atau dapat
pula dengan menggunakan sifon.
1. Isi
botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara
selama pengisian dan penutupan botol, kemudian botol di tutup.
Contoh siap untuk dianalisis.
2. Dengan
alat khusus
Tahapan pengambilan contoh / sampel
dengan cara alat khusus sebagai berikut :
-Siapkan botol KOB (BOD) yang
bersih dan mempunyai
volume ±
300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.
- Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe Casella).
-
Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.
3. Label
Contoh yang telah dimasukkan ke
dalam wadah contoh diberi label. Pada label dicantumkan keterangan mengenai :
a. Nomor
contoh
b. Nama
petugas pengambil contoh
c. Tanggal
dan jam pengambilan contoh
d. Tempat
pengambilan contoh
e. Jenis
pengawet yang digunakan.
4. Pemeriksaan
di Lapangan
Pekerjaan
yang dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan
unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung setelah
pengambilan contoh ; unsur-unsur tersebut antara lain : pH, suhu, daya hantar
listrik, alkalinity, acidity dan oksigen terlarut.
2. Semua
hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di lapangan,
yang meliputi : nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan
cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas.
3. Pengolahan
pendahuluan contoh
a. Penyaringan
Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai
berikut :
b. Contoh
yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan.
c. Masukkan
ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang mempunyai
ukuran pori 0 – 0,45 um dan saring sampai selesai.
d. Air
saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan keperluan.
e. Ekstraksi
contoh untuk Pemeriksaan Pestisida
Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
1. Contoh
dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan gelas ukur.
2. Tuangkan
contoh ke dalam labu ekstrak.
3. Bilas
gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-heksana 85 % dan Diethyl
ether 15 %), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam labu ekstrak
dan kocok selama 2 menit.
4. Biarkan
sampai terjadi pemisahan fase paling sedikit ± 10 menit.
5. Tampung
fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati tuangkanlah
lapisan fase organik nelalui kolom yang berdiameter luar 2 cm dan berisi Na2SO4
bebas air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus.
6. Tuangkan
kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak.
7. Ulangi
langkah 3 sampai langkah 6 sebanyak 2 kali lagi.
8. Bilas
kolom dengan pelarut Hexana ±
20 ml.
9. Satukan
hasil ekstrak dalam botol khusus.
10. Ekstraksi
contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak
Kualitas air merupakan subjek yang
sangat kompleks dan dicerminkan dari jenis pengukuran dan indikator air yang
digunakan. Pengukuran akan lebih akurat jika dilakukan di tempat karena air
berada dalam kondisi yang ekuilibrium dengan lingkungannya. Pengukuran di
tempat umumnya akan mendapatkan data mendasar seperti temperatur, pH, kadar
oksigen terlarut,
konduktivitas, dan sebagainya.
Untuk pengukuran yang lebih kompleks
membutuhkan sample air yang kemudian dijaga kondisinya, dipindahkan, dan
dianalisis di tempat lain (misal laboratorium). Pengukuran seperti ini memiliki
dua masalah yaitu karakteristik air pada asmple mungkin tidak sama dengan
sumbernya karena terjadi perubahan secara kimiawi dan biologis seiring waktu.
Bahkan kualitas air dapat bervariasi antara siang dan malam dan dipengaruhi
keberadaan organisme
air.[7] Dan air yang teah terpisah dari lingkungannya akan
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, yaitu botol atau kemasan yang
digunakan dalam pengambilan sample. Sehingga bahan yang digunakan untuk
pengambilan sampel harus bersifat inert atau memiliki tingkat reaktivitas
yang minimum sehingga tidak mempengaruhi kualitas air yang diuji.[8]:4
Perubahan kondisi fisik dan kimiawi juga terjadi ketika air sampel dimpompa
atau diaduk, menyebabkan terbentuknya endapan. Ruang udara yang berada di dalam
kemasan sampel juga dapat mempengaruhi karena ada risiko udara larut ke dalam
sampel air. Menjaga kualitas sampel dapat dilakukan dengan mendinginkan sampel
sehingga mengurangi laju reaksi kimia dan perubahan fase.
Cara terbaik untuk mengetahui
tingkat perubahan selama pengumpulan sampel hingga analisis adalah dengan
menggunakan dua jenis air yang digunakan bersamaan dengan pengumpulan sampel.
Air jenis pertama, disebut dengan air "kosong" (tidak selalu air
hasil destilasi) adalah air dengan kondisi kimiawi dan biologis yang sangat
kecil sehingga tidak ada karakteristik yang bisa dideteksi. Dan air jenis kedua
merupakan air dengan kondisi yang "dimaksimalkan" sesuai dengan
perkiraan kondisi air sampel. Kedua jenis air ini dipaparkan ke atmosfer
sekitar selama pengambilan sampel, sehingga ilmuwan membawa tiga jenis air dari
lokasi pengambilan sample dan ketiganya dianalisis untuk mengetahui apa yang berkurang
dan bertambah seiring waktu sejak pengambilan sampel hingga analisis di
laboratorium.
a. Pengujian pasca bencana
Berbagai jenis bencana alam hingga bencana buatan manusia akan mengubah kualitas air
secara cepat sehingga pengukuran harus dilakukan untuk menentukan langkah
terbaik dalam penanganan bencana dan mengembalikan kualitas air. Akses terhadap
air bersih dan sanitasi diperlukan bagi korban bencana.
Dalam interval waktu tertentu,
kondisi air dapat kembali pasca bencana. Seperti kasus bencana Tsunami 2004 dan pengukuran yang dilakukan oleh International Water Management Institute (IWMI) yang berbasis di Colombo mendapati bahwa kadar garam di setiap sumur meningkat
drastis segera setelah tsunami dan kembali turun ke level semula setelah satu setengah
tahun sehingga layak digunakan sebagai air minum.
b. Analisis kimia
Metode sederhana dalam melakukan
analisis kimia adalah pengukuran berdasarkan unsur tanpa memperdulikan wujud
dan bentuk senyawanya. Contohnya adalah mengukur kadar oksigen dalam air, jika
dilakukan pengukuran berdasarkan unsur akan didapatkan konsentrasi oksigen
sebesar 890 ribu miligram per liter air, karena air (H2O) terbentuk
dari hidrogen dan oksigen. Sehingga pengukuran kadar senyawa tertentu harus
dibedakan berdasarkan wujudnya. Untuk pengukuran kadar oksigen, harus dibedakan
berdasarkan oksigen diatomik atau oksigen yang terikat dengan unsur lain.
Oksigen diatomik yang terukur dapat disebut dengan kadar
oksigen terlarut.
Analisis logam berat harus menyertai
endapan yang ada di air karena logam berat yang seharusnya dapat larut mungkin
terikat secara adsorpsi dengan partikel lain, misal partikel tanah liat. Penyaringan sampel dapat menghilangkan endapan
tersebut, sedangkan logam berat yang mengendap di sumber aslinya mungkin saja
dapat terminum oleh manusia dan organisme lain.
c. Indikator untuk air minum
Indikator yang digunakan ketika melakukan pengukuran air minum diantaranya:
d. Indikator untuk lingkungan
Dalam pengukuran indikator biologis, digunakan istilah EPT
yang merujuk kepada Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera, tiga ordo serangga bersayap yang
hidup di sekitar perairan. Index EPT, yaitu jumlah EPT ketika kondisi
lingkungan sehat, dapat bervariasi di setiap daerah. Secara umum, semakin
banyak organisme EPT, menunjukan bahwa kualitas ekologi perairan tersebut lebih
sehat.Keberadaan invertebrata
makro juga
dapat digunakan sebagai indikator.
Moluska bivalvia digunakan sebagai indikator karena moluska termasuk hewan penyaring yang menghisap air dan menyerap nutrisi dari air yang
dihisapnya. Polutan yang diserap akan terakumulasi di dalam tubuh moluska dan
dapat memiliki efek yang beragam bagi moluska tersebut. Moluska bivalvia juga
biasanya bersifat sessile atau menetap di satu tempat dan jarang sekali
berpindah sehingga pengumpulan sampel moluska cenderung mudah.
a) Indikator fisik
·
Temperatur
air
·
Elektrokonduktivitas
·
Padatan
terlarut
·
Padatan
tersuspensi
·
Transparansi
·
Bau
·
Warna
·
Rasa
b) Indikator kimia
c) Indikator biologis
F. Analisis Kualitas Air
Penetapan-penetapan berikut ini
dilakukan untuk menentukanmutu air permukaan :
1.
Analisa
temperature
Cara metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air
limbah dengan termometer air raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas
air yang diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala thermometer (°C).
a.
Peralatan
Termometer air raksa yang mempunyai skala
sampai 110°C.
b.
Penetapan contoh uji air permukaan.
a. Termometer langsung dicelupkan ke
dalam contoh uji dan biarkan 2 menit sampai
dengan 5 menit sampai thermometer menunjukan nilai stabil.
b. Catat pembacaan skala thermometer
tanpa mengangkat lebih dahulu thermometer dari air.
c.
Penetapan
contoh uji air pada kedalaman tertentu.
a. Pasang
thermometer pada alat pengambil contoh uji.
b. Masukan alat
pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu untuk mengambil
contoh uji.
c. Tarik alat
pengambil contoh uji sampai ke permukaan.
d. Catat skala
yang ditunjukan thermometer sebelum contoh air dikeluarkan dari alat pengambil
contoh.
2.
Analisa
Total Dissolved Solid (TDS)
Untuk mengukur
kandungan padatan terlarut, sampel yang sudah dihomogenkan disaring menggunakan
kertas saring fiber glas. Filtratnya kemudian diuapkan hingga kering pada oven
dengan suhu T 180oC dalam cawan porselin yang diketahui bobotnya.
Pertambahan bobot cawan merupakan bobot padatan terlarut dalam sampel.
a.
Peralatan
1. Analytical Balance
2. Oven Pemanas (104+2oC)
3. Desikator
4. Filtering Apparatus
5. Glass Fibre Filter
6. Hot plate
7. Cawan porselen
8. Gelas beaker
9. Pinset
b.
Prosedur Analisa
1. Persiapan
2. Bilas cawan porselen dengan akuades
sampai bersih, kemudian dipanaskan di oven sampai kering yang sebelumnya diberi
label/nomor terlebih dulu.
3. Keluarkan cawan dari oven dan
masukkan ke dalam desikator sampai dingin lalu ditimbang (bobot kosong).
d. Penyaringan sampel
1.
Siapkan
peralatan penyaring yang betul-betul bersih, lalu pasangkan kertas saring pada
peralatan penyaring tersebut.
2.
Saring
20 mL air akuades, buang saringannya (hanya untuk membilas saja).
3.
Saring 100 mL sampel, pindahkan ke botol
plastik kemudian diberi nomor/label.
4.
Untuk sampel air laut volume yang disaring
adalah 50 mL.
Keterangan: Jika TDS > 500 mg/L, analisa dikerjakan
dengan cara Gravimetri. Jika TDS <
500 mg/L, analisa dikerjakan dengan alat Conductivitimeter.
3. Analisis
Sample
a.
Letakkan cawan di atas hot plate dan biarkan
sebentar untuk menghindari kontaminasi.
b.
Tuangkan
sampel yang sudah disaring ke dalam cawan sedikit demi sedikit. Untuk sampel
air laut harus dilakukan secara hati-hati karena kalau menuangkan sampel
terlalu banyak akan menyebabkan letupan dari air garam sehingga mengakibatkan
berkurangnya hasil penimbangan.
c.
Atur
suhu hot plate sehingga menjadi 180oC.
d.
Lanjutkan
penambahan sampel ke dalam cawan sampai habis dan menguap, tapi tidak boleh
dibiarkan kering.
e.
Pindahkan cawan ke dalam oven (105oC)
selama satu jam sampai mengering sempurna.
f.
Pindahkan
cawan ke dalam desikator sampai dingin,
lalu ditimbang.
Perhitungan
TDS (mg/L) = bobot kering (mg) – bobot kosong (mg) x 1000 volume sample (mL).
4.
Analisa
Total Suspended Solid (TSS)
Sampel yang telah dikocok dengan
merata disaring melalui filter serat gelas standar yang telah ditimbang
sebelumnya lalu residu yang tersisa dikeringkan pada suhu 103o-105oC
hingga bobot tetap. Kenaikan bobot dari filter tersebut merepresentasikan Total
Suspended Solid atau Total Padatan Tersuspensi.
Peralatan
Analytical
Balance
a. Oven
Pemanas (104±2oC)
b. Desikator
c. Cawan
aluminium
d. Filtering
Apparatus
e. Glass
Fibre Filter
f. Gelas
beaker
g. Gelas
ukur
h. Pinset
Prosedur
Analisa
a.
Cuci semua peralatan yang akan dipakai untuk
menyaring dengan menggunakan akuades sampai bersih.
b.
Siapkan cawan alumunium masing-masing diberi nomor
atau label untuk tiap sampel yang akan diukur, kemudian masukkan ke masing
masing cawan tersebut fiber glass filter.
c.
Cawan alumunium kosong harus dipanaskan selama 24
jam untuk kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang untuk
menetapkan bobot cawan kosongnya.
d.
Siapkan peralatan untuk menyaring (filtering
apparatus) kemudian letakkan fiber glass filter di atasnya lalu dibilas dengan
20 mL akuades.
e.
Kocok sampel yang akan dianalisa kemudian tuangkan
sebanyak 150 mL dengan menggunakan gelas ukur.
f.
Bilas dinding saringan dengan menggunakan akuades
sampai tidak ada kotoran yang menempel pada dinding tersebut.
g.
Untuk sampel air laut harus dibilas dengan akuades
sebanyak 250 mL.
h.
Setelah sampel disaring, ambil fiber glass filter
dari atas alat penyaring kemudian tempatkan ke dalam cawan yang telah diberi
tanda atau label, lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC
selama satu malam.
i.
Setelah keesokan harinya ambil fiber glass filter
dan cawan alumuniumnya kemudian masukkan ke dalam desikator hingga dingin lalu
ditimbang hingga bobot tetap.
Perhitungan
TSS
(mg/L) =[bobot cawan + sampel kering (mg)]– [bobot cawan kosong (mg)] x
1000 Volume sample (mL)
5.
Analisa
Derajat Keasaman Menggunakan Alat pH Meter
Pada suhu tertentu sifat asam atau basa air
ditunjukan oleh nilai pH-nya atau aktivitas ion hidrogennya. Alkalinitas maupun
keasaman adalah kemampuan untuk menetralkan asam atau basa air. Sedangkan
kapasitas penyanggan dinyatakan dalam molal per liter. pH adalah –log[H+]
yang ditetapkan dengan metode pengukuran secra potentiometri dengan menggunakan
pH meter.
Peralatan
dan Bahan
- Peralatan:
a.
pH meter dengan perlengkapannya;
b.
Piala gelas 250mL;
c.
Pengaduk gelas atau magnetic;
d.
Kertas tissue;
e.
Timbangan analitik; dan
f.
Termometer.
-Bahan
Larutan
penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran, atau dapat juga
dibuat dengan cara sebagi berikut:
a.
Larutan
penyangga, pH 4,004 (25°C) Timbang 10,12g kalium hydrogen ptalat, KHC8H4O4,
larutkan dalam 1000mL air suling.
b.
Larutan
penyangga, pH 6,863 (25°C).Timbang
3,387g kalium dihidrogen fosfat, KH2PO4 dan 3,533g
dinatrium hydrogen fosfat, Na2HPO4, larutan dalam 1000mL
air suling.
c.
Larutan
penyangga, pH 10,014 (25°C).Timbang 2,092 natrium hirogen karbonat, NaHCO3
dan 2,640g natrium karbonat, Na2CO3, larutkan dalam
1000mL air suling.
Prosedur
Persiapan pengujian
b. Lakukan kalibrasi alat pH-meter
dengan larutan penyangga sesuai instruksikerja alat setiap kali akan melakukan
pengukuran.
c. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu
tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.
Prosedur
Analisa
a. Keringkan dengan kertas tissue
selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.
b. Bilas elektroda dengan larutan uji.
c. Celupkan
elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan pembacaan yang tetap.
d. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada
tampilan dari pH meter.
G. Dampak Pencemaran Lingkungan
terhadap Lingkungan dan Kesehatan
a.
Dampak
terhadap Lingkungan
Pencemaran air berdampak luas,
misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidak
seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan
sebagainya. Pencemaran air di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat
(dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di
luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan
oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air,
menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka
menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas
bakteri menurun.
1.
Dampak
pencemaran air terhadap kehidupan biota air
2.
Dampak
pencemaran air terhadap kualitas air tanah
3.
Dampak
pencemaran air terhadap kesehatan
4.
Dampak
pencemaran air terhadap estetika lingkungan
a)
Dampak
pencemaran air terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pada pencemaran air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut
dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan
oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.Akibat matinya
bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air limbah secara alamiah yang
seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah yang sulit
terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme,
apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.
b)
Dampak
pencemaran air terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah
terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur
dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya
pencemaran tersebut.
c)
Akibat
pencemaran air terhadap estetika lingkungan
Dengan
semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka
perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang
menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah
limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.
b.
Dampak
pencemaran air terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam
antara lain :
1.
Air
sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,
2.
Air
sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
3.
Jumlah
air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri,
4.
Air
sebaga media untuk hidup vector penyakit
H. Penelitian-penelitian terkait
Analisis kualitas Air
a.
Analisis Kualitas Air dan Beban
Pencemaran di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Pondok Lapan Lake adalah danau buatan yang terletak di
Dusun Pulka Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Pondok Lapan Lake
sekitar perkebunan kelapa. Danau tersebut awalnya dibuat untuk irigasi. Namun, masyarakat sekitar
tidak memiliki kemauan untuk pertanian, mereka lebih suka menanam seperti minyak kelapa
sawit dan pohon karet.
Penelitian ini difokuskan pada
kualitas air dan beban pencemaran. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2015.Pengambilan sampel air dilakukan
dengan menggunakan sampling bawah permukaan air. Sampel air
dianalisis di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan. Studi dihasilkan oleh status mutu air
dengan metode Storet berdasarkan standar kualitas Grade I dan II, -17 di media tercemar
dan 0 dalam kondisi baik.Status mutu air dengan metode indeks pencemaran
didasarkan pada kelas I dan II, 1,024 dan 0,617 di tercemar ringan dan dalam kondisi baik. daya
tampung beban pencemaran yang bisa masuk ke dalam
perairan Pondok Lapan Lake adalah 1.984 Pa kg / tahun.
b.
Analisis Kualitas Air Sungai Akibat
Pencemaran Tempat Pembuangan Akhir Sampah Batu Bola Dan Karakteristik
Sertakeluhan Kesehatan Pengguna Air Sungai Batang Ayumi Di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2012
Analisis kualitas air sungai akibat pencemaran TPA Batu
Bola dan
karakteristik dengan kesehatan pengguna sungai Batang Ayumi di kota
Padangsidimpuan.Batang Ayumi sungai yang terletak di desa Batunadua, Kecamatan
Batunadua, Kota Padangsidimpuan, telah tercemar oleh pembuangan sampah Batu Bola,
menurut peraturan pemerintah No.82 tahun 2001 tentang tentang Pengelolaan Air
Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Penelitian ini
merupakan survei deskriptif, yaitu untuk tahu tentang pencemaran fisik (TDS) dan polusi kimia
(BOD, COD dan Fosfat) di sungai Batang Ayumi, yang diambil dari 10 poin whitin 50 meter,
dan sungai masalah kesehatan pengguna dilakukan pada tahun 2012. Obyek penelitian ini
adalah sungai.Batu Bola landfill dan campuran antara outlet dan air sungai yang
perbandingan sampel di laboratorium.
Hasil penelitian ini menunjukkan kontaminasi TDS dan
BOD di semua sampel, tetapi hanya beberapa sampel ditunjukkan COD dan fosfat
kontaminasi dari semua sampel yang diteliti. Hasil tertinggi adalah outlet TPA,
yang merupakan TDS 3140 mg / l, BOD 31,63 mg / l, COD 87,8 mg / l dan fosfat
0,5 mg / l.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada banyak orang yang
menderita penyakit kulit dan penyakit mata. Pemerintah daerah disarankan untuk
memberikan perhatian lebih terhadap Batu Bola
tempat pembuangan sampah sehingga orang lebih aman dalam
menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari mereka,
karena banyak orang yang masih tergantung pada sungai
Batang Ayumi.
c.
Analisis
Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten
Kendal
Sungai Blukar yang merupakan Sungai Utama di DAS
Blukar, yang berfungsi sebagai tempat pengaliran air kondisinya tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai.Kondisi Sungai Blukar
saat ini diperkirakan telah mengalami penurunan kualitas air disebabkan berbagai
aktivitas manusia yang berada di daerah tangkapan airnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kualitas air Sungai Blukar berdasarkan baku mutu
kualitas air sungai menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 dan merumuskan prioritas strategi
pengendalian pencemaran air sungai yang perlu dilakukan. Sungai sebagai daerah
penelitian ditetapkan sepanjang 18,70 km. Kualitas air sungai diukur dan
diamati pada 7 titik pengambilan sampel.
Analisis kualitas air dilakukan dengan menggunakan
metode indeks pencemaran. Analisis prioritas strategi pengendalian pencemaran
air dengan AHP. Hasilnya adalah (1) parameter BOD di titik 3,4,5,6 dan 7 serta
parameter COD di titik 7 telah melebihi baku mutu air sungai Kelas II menurut
PP nomor 82 Tahun 2001. ( 2) Telah terjadi penurunan kualitas air Blukar dari
hulu ke hilir yang ditandai dengan nilai indeks pencemaran yang cenderung
semakin meningkat berdasarkan kriteria sungai Kelas II menurut PP nomor 82
Tahun 2001. Nilai indeks pencemaran berkisar antara 0,49 sampai 3,28. Status
mutu air sungai Blukar telah tercemar dengan status cemar ringan. (2) untuk
menjaga kualitas air pada kondisi alamiahnya diperlukan strategi pengendalian
pencemaran air sungai yang difokuskan pada (a) peningkatan peran masyarakat baik
masyarakat umum, petani maupun industri dalam upaya pengendalian pencemaran air.
(b) peningkatan koordinasi antar instansi yang berkaitan dengan pengendalian
pencemaran air, serta (c) mengintegrasikan kebijakan pengendalian pencemaran
air dalam penataan ruang.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap
ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya.
Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan
biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap
kondisi kesehatan ekosistem air
dan kesehatan manusia terhadap air
minum.Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada
data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang
diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air bervariasi seiring waktu
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi
ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat
kompleks dalam ilmu lingkungan.
Aktivitas industri seperti manufaktur,
pertambangan,
konstruksi,
dan transportasi merupakan penyebab
utama pencemaran air,
juga limpasan permukaan
dari pertanian
dan perkotaan.
Kualitas air
yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal baik terhadap biota
air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu dampaknya terhadap biota air
adalah akan banyaknya biota air yang mati,sedangkan pada manusia banyak
penyakit yang dapat disebabkan seperti diare,penyakit kulit,dan banyak penyakit
lain.
B.
Saran
Air merupakan
konponen terpenting dalam kehidupan makhluk hidup maka dari itu sangat penting
untuk menghemat penggunaan air dan menjaga sumber air dari pencemaran karena
air yang tercemar tidak layak diguanakan hal ini akan berdampak berkurangnya
sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari.
DAFTAR
ISI
Standard Methods for Examination of Water and Wastewater,
American Public Health Association (APHA) 21st ed. (2005), Method
2540 C (Total Dissolved Solids Dried at 180oC)
Standard Method
for Examination of Water and Wastewater, American Public Health Association
(APHA) 21st. Edition (2005),
Method 2540 D (Total Suspended Solid Dried at 103-105oC).
Effendi, H.
2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta.
Vantha. 2012.
Penentuan Kadar Fosfat (PO4).http://rosyidputra98.blog
spot.com/ 2012/03/penentuankadar- fosfatpo4.html?m=1
Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Keputusan Menteri Negara
lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup